Marganingsih berarti jalan
mengalirnya kasih. Jalan keutamaan inilah yang menjadi harapan dalam pergumulan
para peziarah Goa Maria Marganingsih yang berlokasi tepat di tepian perbatasan kecamatan
Bayat dengan kec. Wedi di jln. Raya Wedi
– Bayat, di Ngaren, Paseban, Bayat, Klaten.
Ketika masuk lokasi, Peziarah berada
di depan GMM kecil, dan peziarah bisa mengawali menapaki laku jalan salib.
Jalan salib yg disajikan cukup mendaki 14 peristiwa salib Kristus yg terbagi
dalam 7 teras yg terhubung di lereng bukit komplek GMM. Penghujung perhentian
jalan salib berada di teras paling puncak yg
terhubung pula dengan jalan menurun ke GMM besar dan bisa singgah di
rumah Keluarga Kudus Nazareth. Di samping GMM besar ini dibangun altar yang di
depannya adalah halaman yg relatif luas yg bisa digunakan duduk hening di
hadapan Bunda Maria Marganingsih. Dalam rumah keluarga Kudus inilah Peziarah
diingatkan keutaman2 yg pernah dihidupi oleh St, Yusup, St, Maria dan Tuhan
Yesus.
Goa Maria kecil mempunyai kisah
tersendiri. Bermula sekitaran tahun 1930-an,
pasutri Bpk Max Somowihardjo dan Ibu Maria Margareta Sukepi tengah
digelayuti gundah gelisah. Genap 5 tahun menikah, namun belum juga dikaruniai
momongan. Muncul niat hati mengetuk pintu rahmat Tuhan. Jadilah keduanya
mengadakan laku ziarah ke Goa Maria Sendangsono dengan jalan kaki yg jaraknya
lebih 50 km dari Bayat menuju Sendangsono. Hasrat untuk mendapat momongan
begitu memuncak tak terbendung hingga dalam mengetuk pintu belas kasih Bunda
Maria keduanya mengikat janji suci kepada Yang Ilahi : Bila Tuhan sedia
menganugerahi seorang putra, maka putra itu nantinya akan dipersembahkan
kembali untuk Tuhan. Seorang putra lahir, yang giliran pada masanya disusul
kelahiran demi kelahiran hingga ke-12, 6 laki-laki dan 6 perempuan. Syukur semakin
tebal tatkala putra sulungnya Martinus Soenarwidjaja ditahbiskan menjadi pastur
Yesuit.
Mengalami kasih yg tercurah,
sekitar tahun 1950, di sepetak tanah lereng perbukitan miliknya, Max
Somowihardjo membangun goa Maria berukuran kecil dan sederhana yg dia sebut Goa
Maria Marganingsih yang sejak awal selalu mengajak umat untuk berdoa. Sayangnya ada
saja pihak yang kurang berkenan keberadaan goa Maria kecil ini, hingga 2 kali
patung Bunda Maria raib, tetapi tidak membuat umat surut hingga di dalam goa
tetap diletakkan patung baru namun untuk mengamankan dipasang terali besi dan
dikonci dan meski dihadapan Bunda maria dalam kerangkeng, umat tetap rajin
menyampaikan setiap rasa hatinya.
Pembangunan terus berlanjut.
Diprakarsai oleh Rm Martinus Sunarwidjaja SJ dan saudara-sauadarnya ini mendapat sambutan pihak Keuskupan Agung
Semarang dibangun Goa Maria Marganingsih besar yang akhirnya tempat ziarah ini
diserahkan ke KAS dan diberkati oeh Mgr. Ignatius Suharyo, Pr., pada Minggu, 27
Oktober 2002 [disadur dari Majalah Hidup, 12 januari 2003. Judul asli: Goa Maria
Marganingsih-Maria Dalam Kerangkeng Besi, oleh Ign. Elis Handoko, SCY.]